Sabtu, 19 November 2011

Aku Aku Aku Aku dan Aku


Hujan baru saja pergi
Satu malam sudah ia menyapa
Wahai hujan, mengapa engkau menyapaku di saat keadaan terapuhku?
Bukankah engkau tahu bahwa engkau adalah refleksi nyata dari perasaan hati ini
Tapi, sepertinya hanya engkau yang mampu mengerti

Lelah dan kecewa bercampur menjadi satu
Marah dan kesal membumbung tinggi di angkasa diri
Perasaan hati tak menentu, seperti halnya tak menentunya kedatanganmu
Tapi mengapa hanya aku yang bisa merasakannya?


Sabar sabar dan sabar berusaha membentengi diri
Berharap tak pernah hancur
Walau aku akui terakhir kerapuhannya semakin nyata
Jika tidak dibiarkan ia akan hancur tak tersisa

Menjadi siapa diri ini menjadi hal yang sulit kali ini
Disiksa dan diterpa dengan mereka-mereka yang tak pernah bisa mengerti
Karena spesial kah diri ini? Atau karena kehinaannya yang teramat sangat?
Siapa yang tahu jika bukan Allah

Seringkali menyapa uluran tangan yang lain
Tapi di saat diri ini memintanya, siapakah yang sudi memberikannya
Hati tak berkata, terlebih mulut
Ia hanya diam mencoba tersenyum untuk mengatakan semua baik-baik saja
Walau siapa lagi yang tahu apakah itu kejujuran ataukah kedustaan belaka

Menengok ke belakang, masa lalu masih seringkali membayangi
Walau tak masalah untuk menepisnya
Di depan mungkin ada masa yang baik dengan mereka-mereka yang baik
Walau terkadang hati ini hingga detik berjalan tak pernah mau mengaku
Entah karena ia sombong buta mata
Atau karena ia takut untuk menerimanya sebagai kenyataannya

Tapi kini masa depan itu semakin jelas
Perlahan namun pasti menepiskan masa lalu
Walau terkadang berusaha ditutupi
Namun jika hati berkata maka itulah yang terjadi

Hati, kemanakah engkau akan tertepi?
Pada mereka yang jauh di sana dan masa lalu yang ada
Atau pada mereka yang dekat di sini dan menawarkan sebuah hal yang baru
Bingung, takut, aneh, dan tak berdaya menyatu berpadu pada masa kini

Kurasa, tak ada gunanya bertanya
Karena waktu mungkin yang akan menjawabnya
Jika begitu aku bertanya pada Sang Pengatur waktu
Allah, kapankah waktu jawaban itu tiba?

By Ardiannur Ar-Royya
Rabu, 09 Nopember 2011 pukul 06.14 @ Mushalla Baitul Ilmi GS FMIPA UB
Di bawah langit yang mendung dan hawa yang dingin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar